ADAPTASI ARSITEKTURAL GEDUNG DE DRIE KLEUR UNTUK BANK BTPN BANDUNG

Authors

  • Alwin Suryomo Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Abstract

Gedung De Drie Kleur (Tiga Warna) adalah salah satu bangunan cagar budaya peninggalan kolonial Belanda didirikan tahun 1938 berdasarkan rancangan arsitek AF. Aalbers, bergaya modern “Nieuwe Bouwen”. Selubung bangunan berbentuk bidang-bidang horizontal lurus-lengkung adaptif terhadap bentuk-posisi tapaknya membuat bangunannya sebagai tengeran. Di awal tahun 2011 masih tampak modern dan kokoh, mewadahi fungsi sebuah bank nasional.
Tampilan masa kini tersebut dituntut oleh bank BTPN yang diwadahinya, dan tetap mengacu sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan arsitektur yang menggunakan Bentuk-fungsi-makna sebagai elemen arsitekturnya. Permasalahannya adalah: (1) Bagaimana cara membaca Bentuk-fungsi-makna sebagai elemen arsitektur? (2) Elemen-elemen Arsitektur apa saja pada gedung De Drie Kleur yang perlu dilestarikan? (3) Bagaimana tindakan pelestarian (adaptasi) yang telah dilakukan pada gedung De Drie Kleur terhadap kebertahanan Nilai-nilai Kulturalnya, dan bagaimana sebaiknya?
Tujuan penelitian ini adalah membuat deskripsi Bentuk-fungsi-makna sebagai elemen arsitektur dan Elemen-elemen Arsitektur gedung De Drie Kleur yang perlu dilestarikan, serta evaluasi tindakan pelestarian gedung Drie Kleur, apakah sudah tepat atau perlu diperbaiki. Penelitian ini pada dasarnya ialah membaca realitas arsitektur berupa Gedung De Drie Kleur Bandung yang dilestarikan. Untuk maksud itu dipilih pendekatan paham Strukturalis, yang ‘membaca’ sistem utama arsitektur objek studi dan memahaminya. Berdasarkan teori Capon, arsitektur merupakan struktur dari elemen-elemennya, yaitu Bentuk-fungsi-makna. Bentuk mengacu kepada keberadaan fisik, fungsi kepada kinerja bangunan dan makna pada pesan/arti keberadaannya. Bentuk-fungsi-makna ini merupakan elemen-elemen arsitektur objek studi yang perlu dipahami untuk dilestarikan.
Pelestarian dipahami sebagai upaya mempertahankan dan melindungi suatu tempat (bangunan/lingkungan) bersejarah yang masih ada agar nilai-nilai kulturalnya bertahan. Tujuannya untuk memahami masa lalu, memperkaya masa kini, agar bermanfaat bagi perkembangan kota dan generasi masa datang. Pelaksanaannya dengan cara perawatan, disertai tindakan (treatment) pelestarian yang sesuai keadaan, seperti: preservasi, restorasi, rehabilitasi, adaptasi, atau kombinasi beberapa tindakan sekaligus.
Metode Penelitian ini ialah kualitatif dengan unit sampel aspek bentuk, fungsi dan makna arsitektur. Analisa Data secara deskriptif, meliputi reduksi data, katagorisasi dan sintesisasi.
Tindakan pelestarian Adaptasi yang dilakukan pada gedung De Driekleur pada bidang selubung bangunan, penambahan partisi ruang dalam, perubahan lantai, penambahan elemen aksen berupa kanopi entrance masih dapat dibenarkan, demi keberlangsungan fungsi bank BTPN yang diwadahinya. Penambahan elemen-elemen di atas perlu dapat dikembalikan ke bentuk semula jika dikehendaki, demi menghargai keutuhan dan keaslian bangunan Cagar Budaya.
Makna selubung bangunan sebagai bangunan modern perlu dipertahankan, yaitu bentuk yang sederhana tanpa ornamen seperti aslinya. Warna dapat saja berubah asalkan tetap menampilkan makna modern.
Kata Kunci: Nieuwe Bouwen, Cagar Budaya, pelestarian, adaptasi, kultural.

Downloads

Issue

Section

Articles