The shadow of death dan the shadow of immortality sama-sama kuat sebagai kecenderungan eksistensi manusia. Karenanya, “situasi batas” tidak boleh hanya dipandang sebagai hantu yang bergentayangan yang mengintai hidup manusia. Ia serentak merupakan kesempatan eksistensial; situasi itu sendiri harus dipahami sebagai realitas yang berlimpah makna, bersifat konkret, baik secara fisik maupun psikologis. Ditopang oleh immortalitas jiwa, hidup dikukuhkan sebagai kesempatan emas untuk menyadari dan merogoh serpihan-serpihan makna. Hidup tak pernah habis menyediakan “kesempatan kedua dan ketiga dan seterusnya” dan ini semua harus dikelola dengan kebebasan untuk merealisasikan diri. Dengan cara itulah kita menghayati hidup secara otentik.