PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA
DOI:
https://doi.org/10.26593/jtrans.v16i3.2567.%25pAbstract
Abstract
High mobility of vehicles in Yogyakarta city causes a lot of traffic problems. Therefore, urban railways are needed along with urban buses to reduce congestion. This study was conducted to understand the ability to pay and the willingness to pay of urban rail users and to develop service scenarios to determine the fares. Data were obtained through interviews with the stated preference survey method, that include 4 scenarios with combination of fares, waiting time, and travel time. The results show that the first scenario is the best one. Scenario 1 indicates that 53% students who use Trans Jogja and 50.8% students who use motorcycle will switch to use the train. The probability of all Trans Jogja users and all motorcyclists to use the train is 39.9% for scenario 1 and 59% for scenario 3, respectively.
Keywords: urban rail, urban bus, stated preference, traffic congestion.
Abstrak
Tingginya mobilitas kendaraan di dalam kota serta dari dan ke Yogyakarta menyebabkan banyak perma-salahan lalulintas. Oleh karena itu perlu dijajaki kemungkinan pengoperasian kereta api perkotaan untuk melengkapi bus perkotaan guna mengurangi kemacetan lalulintas. Sebagai langkah awal, perlu diketahui tingkat daya beli dan kesediaan membayar kereta api perkotaan serta penerapan skenario pelayanan sebagai pertimbangan penetapan tarif. Data diperoleh melalui wawancara dengan metode survei stated preference, yang mencakup sekenario pelayanan 1, 2, 3, dan 4 dengan kombinasi tarif, waktu tunggu, dan waktu tempuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skenario 1 merupakan skenario yang paling banyak dipilih. Pada skenario 1 ini, 53% pelajar pengguna Trans Jogja dan 50,8% pelajar pengguna sepeda motor akan beralih untuk menggunakan kereta api. Secara umum, pengguna Trans Jogja dan pengguna sepeda motor mempunyai probabilitas untuk menggunakan kereta api masing-masing sebesar 39,9% pada skenario 1 dan sebesar 59% pada skenario 3.
Kata-kata kunci: kereta api perkotaan, bus perkotaan, stated preference, kemacetan lalulintas