PENGARUH PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KENYAMANAN PANDANG DAN KONSERVASI BENDA SENI PADA GALERI I MUSEUM AFFANDI, YOGYAKARTA

Authors

  • Aditya Susanto Mahasiswa S1 Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan

Abstract

Abstract 

Museum is a place to collect things with art value. Museum should be able to give information to public and also have a rule as a conservatory. To fulfill the function, museum should have exact light intensity to support visual activity and its artifact conservation. 

Galeri I Museum Affandi has a unique building design. The building which is built by the late Affandi, explores natural light for prime lighting source inside the gallery. The use of stretched skylight at the center of the roof make the natural light come out inside the gallery. 

Lighting with exact intensity which come out inside gallery will give visual comfort for appreciator Whereas from the conservation side, it is important for the artifact to not be gaze by the light. Daylighting is very good for visual activity inside the gallery because it has better color rendering and the most complete color spectrum.ln the other side, daylighting bring us UV ray which has bad effect for artifact conservation. 

Method used in this observation is descriptive-qualitative. That is measurement of the light intensity, dimension height of the artifact, simulation of the light come off inside gallery. Than, the report is compared with the visual comfort and conservation standard and theory from other sources. 

Generally, Galeri I Museum Affandy has over light intensity for visual activity. Ray come off from the skylight makes the gallery's intensity become unbalanced. It will brings bad influence for visual comfort and artifact conservation in this gallery. 

 

Key Words: day lighting, visual comfort, artifact conservation 

 

Abstrak 

 

Museum merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan benda yang memiliki nilai seni. Museum diharapkan selain sejelas-jelasnya memberikan informasi kepada khalayak umum, juga harus menjalankan peran sebagai media konservasi dari benda seni yang ada pada museum tersebut. Dalam memenuhi fungsinya tersebut, museum memerlukan intensitas cahaya yang cukup untuk kegiatan visual yang terjadi dan tidak berlebih agar mendukung kelestarian benda seni. 

Galeri I di kompleks Museum Affandi memiliki bentuk dan desain bangunan yang unik. Bangunan yang diarsiteki oleh almarhum Affandi sendiri ini memanfaatkan cahaya alami sebagai sumber pencahayaan utama dalam ruang pamernya. Penggunaan skylight yang memanjang di tengah area atap ini memungkinkan cahaya alami masuk ke dalam ruang pamer di dalam galeri. 

Pencahayaan yang masuk ke dalam galeri dengan intensitas yang cukup, akan memberikan kenyamanan pandang bagi pengamat dalam mengapresiasi suatu benda seni. Sebaliknya dalam segi konservasi, benda seni diharapkan sesedikit mungkin mendapat cahaya untuk menjaga kelestarian benda seni. Cahaya alami, sangat baik jika digunakan untuk kegiatan visual dalam ruang pamer karena memiliki color rendering yang lebih baik dan spektrum warna yang paling lengkap. Namun cahaya alami membawa sinar UV yang akan berdampak buruk bagi suatu konservasi benda seni.  

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan pengukuran intensitas kuat cahaya, pengukuran ketinggian benda seni dua dimensi, dan simulasi sinar yang masuk dalam galeri. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan teori dan standar untuk kenyamanan pandang dan konservasi yang didapat dari berbagai sumber.  

Secara umum, Galeri I Museum Affandi mendapat intensitas yang berlebih untuk kegiatan visual, sinar yang masuk melalui skylight menyebabkan kurang meratanya intensitas dalam ruang, hal ini akan berakibat buruk pada kenyamanan pandang pengamat dan konservasi pada benda seni dalam galeri ini.  

 

Kata Kunci: pencahayaan alami, kenyamanan pandang, konservasi benda seni  

 

Published

2009-12-31

Issue

Section

Articles