PEMETAAN POTENSI EKONOMI UMAT DAN PENGEMBANGANNYA STUDI KASUS: STASI DAGAN-PAROKI SANTO MIKAEL INDRAMAYU

Penulis

  • Andreas Doweng Bolo Jurusan Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
  • Cosmas Lili Alika Jurusan Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
  • Damianus J. Hali Jurusan Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Abstrak

Beriman dalam konteks, ini yang menjadi dasar pemikiran dalam karya ini. Iman tidak sekadar sesuatu yang murung dan terkurung dalam egoisme surga buatan kita sendiri tetapi iman berarti berani melangkah keluar tidak sekadar melongok dari jendala. Situasi dunia menjadi keprihatinan Allah sehingga Ia yang Agung rela datang ke bumi ini.
Pastoral berbasis data merupakan sebuah tuntutan di zaman sekarang ini. Pelayanan dan kebijakan pastoral akan sungguh dirasakan ketika Gereja mengetahui, dan memahami situasi konkret umat kini dan disini. Konsili Vatikan II pun menyerukan bahwa Gereja harus ber-aggiornamento, Gereja harus sungguh mengerti, memahami serta berpijak pada situasi dunia. Data menjadi basis penting karena di sana pengalaman kehidupan manusia berada. Paus Leo XIII (1878-1903) merupakan tokoh penting yang menangkap dengan tangkas situasi masyarakat di zamannya dimana situasi sosial ekonomi dunia mengalami keguncangan. “Telah mulailah perkembangan baru di bidang industri, disertai penerapan teknik-teknik baru; terjadi perubahan-perubahan dalam hubungan antara majikan dan buruh; sekolompok kecil menjadi kaya raya, sedangkan besarlah orang yang dililit oleh kemiskinan; kaum buruh meningkat percaya dirinya dan bekerja sama lebih erat; dan akhirnya akhlak mengalami kemorosotan” (Rerum Novarum, art. 1). Dalam Ensiklik Populorum Progressio, Paus Paulus VI juga mengatakan kemajuan (progressio) adalah nama baru bagi perdamaian. Ensiklik ini lahir karena keprihatinan dan demi menunjang kemajuan bangsa-bangsa sehingga sanggup melepaskan diri dari jerat kemiskinan. Perdamaian abadi hanya bisa diciptakan manakala kemiskinan itu di atasi. Muhammad Yunus dan Grameen Bank dari Bangladesh membuktikan bahwa ada keterkaitan antara kemiskinan dan perdamaian. Bila kemiskinan di atasi maka perdamaian dengan sendirinya tercipta. Demikian juga Yesus dalam karya penyelamatannya sungguh mendarat dalam konteks kehidupan nyata. Peristiwa perbanyakan lima roti dua ikan, merupakan tanggapan Yesus atas situasi orang-orang yang sedang lapar setelah mengikuti Dia.
Gereja yang hidup berarti Gereja yang sungguh mengerti dinamika umat, duka dan kecemasan umat termasuk potensi yang mereka miliki. Pengembangan perlu berangkat dari situasi ini.

##submission.downloads##

Terbitan

Bagian

Articles