EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
Abstract
Pemanfaatan limbah kulit buah manggis (Garcinia Mangostana L) hingga saat ini masih terbataspada penyamakan kulit, pewarnaan tekstil dan obat tradisional. Namun, kulit buah manggis juga
sebenarnya kaya sekali akan senyawa antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
manusia dan potensi ini belum dimanfaatkan secara luas. Oleh karena itu proses ekstraksi
antioksidan dari kulit buah manggis perlu dikaji lebih lanjut. Tujuan penelitian adalah mengetahui
pengaruh jenis pelarut, temperatur dan rasio umpan terhadap pelarut (F:S) dalam proses ekstraksi
antioksidan yang terdapat pada kulit buah manggis terhadap aktivitas antioksidan. Jenis pelarut
yang digunakan antara lain metanol, methanol-air (9:1) dan air. Sedangkan temperatur
divariasikan dari temperatur kamar, 35oC, dan 45oC serta variasi rasio F:S yang dipilih adalah
1:7, 1:10, 1:15. Kulit buah manggis dikecilkan ukurannya dan kadar airnya dikurangi hingga ± 8-
10%. Setelah itu dilakukan penelitian pendahuluan untuk penentuan waktu proses ekstraksi yang
dianggap dapat mewakili lamanya waktu ekstraksi pada penelitian utama. Proses ekstraksi
penelitian pendahuluan dilakukan pada temperatur kamar dengan pelarut air dan rasio F:S = 1:7.
Karakteristik senyawa antioksidan yang terdapat pada ekstrak diuji lebih lanjut menggunakan uji
fitokimia, FTIR, dan GC-MS. Di samping itu aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan metode
radikal bebas stabil DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) yang ditunjukkan oleh nilai EC50
(konsentrasi antioksidan yang mampu memberikan peredaman radikal bebas sampai 50%).
Variabel proses hasil penelitian yang terbaik adalah ekstraksi antioksidan dengan pelarut metanol,
temperatur 35oC dan rasio F:S=1:15, dengan nilai rendemen dan EC50 berturut-turut sebesar
17,91% dan 8,667. Rancangan faktorial 3 faktor menunjukkan hanya jenis pelarut dan temperatur
ekstraksi yang berpengaruh terhadap nilai EC50. Hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak kulit
buah manggis positif terhadap uji flavonoid dan polifenol, sedangkan hasil uji FTIR menunjukkan
adanya gugus C=C, O-H, C-O dan cincin aromatik. Hasil uji GC-MS menunjukkan adanya
senyawa asam heksadekanoat, asam oleat dan katekin pada ekstrak kulit buah manggis. Senyawa
xanthone yang merupakan antioksidan terbesar yang terdapat di kulit buah manggis tidak
terdeteksi yang kemungkinan besar disebabkan karena bentuknya yang masih berupa senyawa
kompleks glikosida dan belum terhidrolisis.
Kata kunci : kulit buah manggis, ekstraksi, antioksidan, DPPH, FTIR, GC-MS, fitokimia
Downloads
Issue
Section
Articles