PENGARUH TEKNIK PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP PERSEPSI KESAKRALAN PENGGUNA DI RUANG IBADAH GEREJA SANTO MATIAS RASUL KOSAMBI, JAKARTA

Penulis

  • Rosa Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan
  • Ari Ani Mandala Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan

DOI:

https://doi.org/10.26593/risa.v8i03.8241.213-230

Abstrak

Abstrak - Sebagai salah satu elemen desain utama dalam ruang sakral, cahaya baik alami maupun buatan berperan penting dalam menanggapi isu berkurangnya sakralitas Gereja Katolik modern. Gereja Santo Matias Rasul Kosambi, Jakarta, merupakan Gereja Katolik modern yang didesain menggunakan strategi pemasukan pencahayaan alami dan teknik pencahayaan buatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan teknik pencahayaan alami dan buatan pada waktu ibadah pagi dan malam terhadap persepsi kesakralan pengguna di ruang ibadah Gereja Santo Matias Rasul Kosambi, Jakarta.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif (pengamatan fisik ruang ibadah yaitu bentuk, zona dan sirkulasi ruang, elemen-elemen pelingkup dan pengisi ruang) dan data kuantitatif (pengukuran ruang (dimensi dan proporsi ruang) dan pengukuran potometrik cahaya (tingkat iluminasi dan luminansi)). Perangkat lunak Aftab Alfa digunakan untuk membantu menampilkan perbandingan kontras pada ruang gereja secara keseluruhan. Kuesioner dilakukan untuk mengambil data persepsi pengguna terhadap tampilan ruang pada pagi dan malam hari dengan pencahayaan alami dan buatan yang dilakukan dalam tampilan ruang realitas virtual dengan visualisasi berupa foto 360⁰. Analisis kualitatif digunakan untuk mengevaluasi peran teknik pencahayaan yang digunakan pada ruang gereja dalam membangkitkan kesakralan ruang. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengolah data persepsi hasil kuesioner menggunakan perangkat lunak pengolah data JMP Pro. 

Faktor kejelasan simbolisasi dan ornamentasi pada area altar dan kejelasan alur ruang pada ibadah pagi memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan pada waktu ibadah malam. Namun, ibadah malam masih dinilai lebih sakral karena pada faktor ukuran dan skala monumental ruang, kejelasan hirarki ruang ibadah, dan emosi, nilai pada waktu ibadah malam lebih tinggi dibandingkan pada waktu ibadah pagi. Persepsi yang paling dirasakan mempengaruhi penilaian kesakralan ruang ibadah adalah ukuran dan skala monumental ruang, serta indikator emosi yang dirasakan pada ruang, terkhusus emosi positif pada ruang ibadah. Faktor kejelasan hirarki ruang juga turut mempengaruhi emosi kekaguman, harapan, kegembiraan, dan kedamaian.

 

Kata-kata kunci: teknik pencahayaan, Gereja Katolik, persepsi sakralitas, Santo Matias Rasul Kosambi Jakarta



##submission.additionalFiles##

Diterbitkan

2024-07-04