China’s Departure from Its Long-Standing Non-Interference Foreign Policy in the Middle East

Authors

  • Jovita Putri Parahyangan Catholic University

DOI:

https://doi.org/10.26593/sentris.v2i2.4136.25-38

Keywords:

China, Middle East, China’s Foreign Policy Principle, Energy, One Belt One Road, Trump’s administration.

Abstract

Sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat, Tiongkok telah menunjukkan kehebatannya serta peran aktifnya dalam lingkup global. Pandangan elit Beijing yang selama ini didominasi oleh kebijakan luar negeri yang bersifat non-intervensi, kini telah mengambil jalur yang berbeda. Sebagai negara industri maju, Tiongkok menaruh perhatian lebih pada sektor industri. Maka dari itu, energi merupakan salah satu kepentingan vital yang harus dicapai dan dijaga Tiongkok. Salah satu negara mitra pengekspor minyak ke Tiongkok adalah negara-negara di kawasan Timur Tengah. Berbagai kisruh politik dan konflik internal maupun internasional yang terjadi di kawasan tersebut seakan menjadi peringatan bagi Tiongkok untuk turut andil demi menjaga kepentingan nasionalnya. Relevansi prinsip kebijakan luar negeri non-intervensi Tiongkok ditantang oleh berbagai tuntutan dan tekanan internasional. Oleh karena itu, paper ini bertujuan untuk meninjau relevansi prinsip kebijakan luar negeri non-intervensi Tiongkok terhadap kawasan di Timur Tengah.

Downloads