A NEW MODERNITY: Living and Believing in an Unstable World
Main Article Content
Abstract
Dalam situasi tak stabil saat ini konsep postmodernitas dan multikulturalisme tak lagi banyak berguna. Pluralitas dan fragmentasi hanya menarik saat kondisi sosial stabil dan aman, saat keragaman kultural tampil sebagai aneka pilihan. Yang dibutuhkan kini adalah rasa keutuhan baru. Namun berbagai jalur pencarian keutuhan saat ini macam fundamentalisme, romantisisme, universalisme dan "splitting" ternyata juga tak cukup realistis menghadapi kompleksitas tuntutan jaman.
Artikel ini mengusulkan konsep "modernitas baru", yang mengandung prinsip reflektivitas, kesadaran atas kaburnya batas-batas, kemampuan menerima hibriditas, dan orientasi kosmopolitan. Berdasarkan itu diusulkanlah konsep kekatolikan baru, yakni kekatolikan yang kosmopolitan dan tidak etnosentris; mengandung keutuhan iman yang
menampilkan kepenuhan kemanusiaan dan mempromosikan rekonsiliasi; serta mampu menciptakan masyarakat komunikasi yang mengelola kompleksitas dunia manusia secara lebih konstruktif.
Artikel ini mengusulkan konsep "modernitas baru", yang mengandung prinsip reflektivitas, kesadaran atas kaburnya batas-batas, kemampuan menerima hibriditas, dan orientasi kosmopolitan. Berdasarkan itu diusulkanlah konsep kekatolikan baru, yakni kekatolikan yang kosmopolitan dan tidak etnosentris; mengandung keutuhan iman yang
menampilkan kepenuhan kemanusiaan dan mempromosikan rekonsiliasi; serta mampu menciptakan masyarakat komunikasi yang mengelola kompleksitas dunia manusia secara lebih konstruktif.
Article Details
Issue
Section
Articles
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
MELINTAS applies the Creative Commons Attribution (CC BY NC) license to articles and other works we publish. If you submit your paper for publication by MELINTAS, you agree to have the CC BY NC license applied to your work.