Editorial:

Relasi sosial, itulah salah satu tema krusial hari ini. Hal yang tampak demikian  mudah dan sudah selalu berjalan dalam kehidupan sehari-hari itu, kini sesungguhnya merupakan bagian hidup yang paling bermasalah. Tanyakan saja pada guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, para pastor di tempat retret atau paroki, para psikolog, atau pun segala jenis tabloid gossip, mereka semua adalah saksi betapa kini hubungan antar manusia adalah sesuatu yang tidak mudah.

Ketika manusia mulai mengandalkan hubungan sosial untuk mengatasi masalah  di luar dirinya, sejak  itu pada saat yang sama manusia mulai terperangkap dalam masalah intern dunianya sendiri yang justru lebih besar. Namun di sisi lain hubungan sosial itu pula yang akhirnya melahirkan peradaban yang unik dan membawa manusia ke tingkat evolusi lebih tinggi. Kali ini MELINTAS mengangkat Hubungan sosial yang mengandung banyak ambivalensi ini.

Sajian awal adalah artikel dari seorang filsuf realis Peter Mc.Cormick, “Friendship's Unrequited Loves” yang  dengan rinci membahas valensi etis dan moral persahabatan sejati berdasarkan kasus persahabatan Sokrates dan Alcibiades dalam dialog Symposium Plato.  Setelah itu, dari tingkat personal kita melangkah ke tingkat  hubungan publik. Dan untuk itu Rudiyanto Subagio menyuguhkan artikel “The Role of Public Space in Building Humanity”, yang  membahas hubungan manusia yang transformatif dalam dunia urban, sejak hubungan spontan personal, institusional, kosmikal hingga spiritual. Ini lantas disusul dengan tulisan Bob Sugeng Hadiwinata, “Bourdieu, Neo-Liberalisme, Intelektual dan Gerakan Sosial Global”  yang membetot hubungan manusia ke tingkat global, dan lewat analisisnya atas pemikiran Bourdieu , mengajukan kritik mendasar atas paradigma Neo-Liberalisme. Dari sana kita memasuki ranah Teologi. Peter Aman mengawalinya dengan melacak dasar-dasar keterlibatan Gereja dalam urusan-urusan sosial-kemasyarakatan. Itu dapat anda baca dalam artikelnya “ Moral Kristiani dan keprihatinan Sosial”.  Sementara Madya Utama mempersoalkan kedudukan kaum awam yang perlu dilihat kembali. Artikelnya bertajuk “ Klerus, Religius dan Awam dalam terang Konsili Vatikan II dan Sesudahnya”. Sedang Basilius Redan Werang menarik isu awam itu ke tingkat lebih konkrit dan operasional. Tulisannya “Pengangkatan Kanonis Katekis Awam sebagai Administrator Paroki”  mencari pendasaran yuridis atas keterlibatan awam dalam aktivitas Gerejani lebih jauh lagi.
Selamat membaca !

Redaksi

Published: 2014-07-21