Konservasi Arsitektur Indies Pada Rumah Abu Di Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang

Penulis

  • Suzzana Winda Artha Magister Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan

Abstrak

Abstrak

Aktivitas konservasi merupakan aktivitas multi displin. Semakin beragam tinjauan bidang keahlian akan menghasilkan solusi yang berimbang. Sebelum arsitek mulai bekerja, nilai sebuah bangunan bersejarah baik yang eksplisit maupun implisit harus dipahami dan diberi urutan prioritas sesuai yang sudah disepakati. Kegiatan konservasi memiliki hubungan dengan arsitektur karena proses konservasi tersebut bertujuan untuk memperpanjang umur dari bangunan arsitektur. Dengan demikian bangunan dapat digunakan baik pada masa sekarang maupun di waktu yang akan datang. Ada banyak praktik untuk menjaga dan memelihara warisan arsitektur yang ada di Indonesia, khususnya di Palembang. Praktik konservasi di banyak warisan bangunan di Palembang dengan digunakan sebagai kantor maupun museum. Hanya saja, praktik konservasi bangunan semacam itu tidak memperhatikan kapasitas, fungsi dan arsitektur asli bangunan itu. Praktik-praktik seperti ini justru mematikan nilai arsitektur bangunan tersebut. Oleh karena itu, dalam hal mengkonservasi bangunan bersejarah harus mencari nilai-nilai penting dan mendasar dari bangunan tersebut. Upaya konservasi bangunan bersejarah harus diarahkan agar sedapat mungkin fungsi bangunan tersebut tidak berubah. Dalam pelaksanaannya pemerintah daerah dan masyarakat setempat wajib ikut mendukung dan melaksanakan konservasi agar warisan bangunan tetap utuh dan juga dapat menjadi objek wisata baik bagi masyarakat lokal maupun internasional.

Penelitian ini berusaha menggali nilai-nilai bangunan bersejarah yang mendasar dari sudut pandang konservasi pada bangunan Rumah Abu - tempat menyimpan abu jenazah- di Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang.

Kata Kunci: arsitektur, konservasi, sejarah, warisan

 

Abstract

Conservation activities is a multi-disciplinary activity. The more diverse a review areas of expertise will produce a balanced solution. Before architects started work, the value of a historic building either explicitly or implicitly to be understood and given appropriate priority order agreed. Conservation activities have a relationship with architecture because of the conservation process aims to extend the life of the building architecture. Thus the building can be used either in the present or in the future. There are many practices to maintain and preserve the architectural heritage in Indonesia, particularly in Palembang. Conservation practices in many heritage buildings in Palembang used as an office or a museum. Unfortunately, the practice of building conservation does not pay attention to that kind of capacity, functionality and architecture of the original building. Practices like this would turn off the architectural value of the building. Therefore, in terms of the conservation of historic buildings should look for values and the fundamental importance of the building. Historic building conservation efforts should be directed as much as possible in order not to change the function of the building. In practice, governments and local communities should support and implement the conservation of heritage buildings that remain intact and can also become a tourist attraction for both local and international communities.

This research tries to explore the values underlying the historic buildings from the viewpoint of conservation on Rumah Abu -home place to store ashes- in Kampung Kapitan 7 Ulu Palembang.

Keywords: architecture, conservation, history, heritage

##submission.downloads##