KAJIAN PERSEPSI TERHADAP RUANG ARSITEKTUR MELALUI MEDIA FOTOGRAFI STUDI KASUS: KAMPUNG KOREA BANDUNG
DOI:
https://doi.org/10.26593/risa.v4i04.3937.339-349Abstrak
Abstrak- Arsitektur, dianggap sebagai salah satu instrumen utama untuk menghubungkan seorang individu dengan dimensi ruang dan waktu. Namun, seriring dengan berkembangnya budaya dan teknologi, seorang individu tidak harus berada di sebuah ruang untuk dapat merasakan ruangnya, melainkan hanya dengan melihat gambar atau foto dari ruang tersebut. Dengan menggunakan media fotografi arsitektur, seorang arsitek dapat mengkomunikasikan ide, konsep, dan fungsi melalui komunikasi visual kepada masyarakat umum. Namun, bentukan gambar sebagai media komunikasi nonverbal yang tidak memiliki deskripsi khusus dan terarah seperti halnya bentuk komunikasi verbal/tulisan, tentu akan memiliki proses penerimaan yang berbeda pada tiap individu. Objek visual yang terbentuk sedemikian rupa akan mengarahkan persepsi yang kemudian memiliki hasil penerimaan berbeda pada setiap individu karena proses pembentukan persepsi sangat bergantung pada pengetahuan atau memori yang dimiliki oleh setiap orang. Oleh sebab itu, muncul pertanyaan apakah fotografi arsitektur dapat mengkomunikasikan informasi yang efektif dan bersifat sama antara pengamat ruang langsung dan pengamat ruang melalui media fotografi.
Berdasarkan isu dan teori yang digunakan adalah teori yang mempengaruhi persepsi dan teori elemen ruang luar. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian mix-method, yaitu gabungan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Karena proses dan makna (perspektif subjek) menjadi poin utama dalam penelitian namun harus dimasukkan variabel-variabel yang sesuai sehingga data dapat diambil seoptimal mungkin. Setelah melakukan penelitian, penulis kemudian memanfaatkan teori yang ada sebagai penjelas dan mencocokan teori dengan data kemudian menganalisis data dan membuat kesimpulan akhir.
Kesimpulan yang kemudian didapat dari penelitian ini adalah penjelasan bahwa seperti apa persepsi yang dirasakan oleh responden pengamat langsung dan pengamat tidak langsung terhadap ruang-ruang di Kampung Korea Bandung. Dari hasil data tersebut, faktor pembentuk persepsi dan emosi akan diidentifikasikan, hasil dominan kemudian dari persepsi dominan pada objek seperti persepsi ‘buatan’, ‘sangat terang’, dan ‘bersih’ akan dianalisa hubungannya dengan faktor pembentuk serta perbandingan persepsi pengaamat langsung dan pengamat tidak langsung. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh faktor elemen fisik ruang terhadap pembentukan persepsi yang dapat digunakan dalam proses pembuatan desain arsitektur atau fotografi arsitektur.