TELAAH PENELUSURAN SOUNDSCAPE SEBAGAI KRITIK TERHADAP KONSEP GEREJA TERBUKA KARYA Y.B. MANGUNWIJAYA (STUDI KASUS: GEREJA SANTA MARIA FATIMA, SRAGEN)
DOI:
https://doi.org/10.26593/.v5i02.4729.134-152Abstrak
Abstrak
Penghayatan arsitektur tidak hanya terbatas pada pengalaman visual yang seringkali lebih dominan dibandingkan dengan indra lainnya. Menghayati arsitektur dapat juga dilakukan melalui kegiatan mendengar. Telaah soundscape merupakan cara untuk melihat arsitektur dari sudut pandang audial dan mencari hubungan antara suara dengan fenomena spasial yang terjadi. Penelitian ini dilakukan pada bangunan gereja dengan konsep terbuka rancangan Y.B. Mangunwijaya. Potensi permasalah pada objek studi berada pada konsep keterbukaannya karena membaurnya pengaruh luar dengan dalam bangunan. Fenomena yang ingin dipelajari adalah keterkaitan antara soundscape dengan aspek keterbukaannya.
Penelitian ini dilakukan dengan metode gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Suara yang diukur pada berbagai titk ukur (dalam dan luar bangunan) menghasilkan data berupa angka yang kemudian dibandingkan secara kuantitatif. Observasi lapangan, dilengkapi dengan wawancara dan pengisian kuesioner, menjadi acuan yang bersifat kualitatif. Metode analisis secara deskriptif mengungkapkan fakta dan temuan di lapangan dengan teori-teori yang mendukung: teori Gereja Terbuka (Gereja Diaspora), teori Soundcape, teori Akustik, teori Persepsi, dan teori Intentions in Architecture.
Keterbukaan pada bangunan gereja ini menghasilkan soundscape yang karakternya dipengaruhi oleh penataan ruang luar (tapak) dan ruang dalam pada bangunan (interior). Oleh karena itu, elemen tapak menjadi sama pentingnya dengan elemen interior dalam menciptakan nuansa audial yang baik. Suara keynote dan sound signal yang bersifat bising (motor, ramai aktivitas manusia, dan sebagainya) mengalami penguatan atau pelemahan tergantung pada elemen yang ada pada jalur rambat suara. Temuan lain adalah terkait hubungan soundmark dengan kondisi perkotaan atau townscape di sekitar bangunan ini. Densitas perkotaan yang tidak terlalu tinggi menciptakan rambatan dari soundmark yang lebih jelas. Temuan persepsi tidak menunjukkan adanya gangguan audial yang signifikan pada bangunan ini di pagi hari. Meskipun demikian, penyesuaian lebih lanjut dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas audial pada siang/sore hari.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman berarsitektur secara indrawi khususnya mendengar arsitektur. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan dalam rangka untuk mengungkap kembali dan melestarikan kekayaan dari arsitektur Romo Mangun sehingga dapat menjadi wawasan dan renungan berarsitektur yang baik di kemudian hari.
Kata Kunci: soundscape, Mangunwijaya, keterbukaan, Maria Fatima Sragen