EKSPRESI KENUSANTARAAN PADA BALAI ADAT SESAT AGUNG – TULANG BAWANG BARAT

Penulis

  • Nadine Noor Adhitya Putri Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan
  • Indri Astrina Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan

DOI:

https://doi.org/10.26593/risa.v6i01.5425.40-57

Abstrak

Abstrak - Sebagai bahasa visual, ekspresi dalam arsitektur dapat dipahami melalui bentuk fisik yang disusun dengan pola atau teknik tertentu. Menurut Rob Krier (1988), penilaian terhadap ekspresi geometrik tidak terlepas dari komposisi selubung, meliputi proporsi, irama, ornamen, bentuk, material, warna, dan tekstur. Dalam perjalanannya, Tulang Bawang Barat yang kemudian disingkat Tubaba menjadi tempat persinggahan bagi pendatang dari pelbagai daerah. Bupati Umar Ahmad meniti pembangunan Tulang Bawang Barat dengan mendirikan masjid dan balai adat untuk mengisi ladang-ladang eks-proyek transmigrasi. Ekspresi arsitektur Balai Adat Sesat Agung yang kental akan semangat kebaruan dianggap berhasil mereka ulang jejak sejarah dan budaya.

Dalam menemukenali ekspresi kenusantaraan, pencermatan atas arsitektur Sesat Agung dilakukan dalam tiga lingkup: tapak, bangunan, dan struktur. Dengan metode deskriptif-analitis, penelitian ini diawali dengan merumuskan properti dan komposisi pembentuk ekspresi kenusantaraan melalui teori-teori terkait, antara lain teori arsitektur Nusantara, konsep properti dan komposisi, dan teori anatomi bangunan. Selanjutnya, properti dan komposisi pada objek penelitian dikaji untuk menemukenali ekspresi kenusantaraan yang terwujud pada arsitektur Balai Adat Sesat Agung. Penelitian ini menemukan bahwa ekspresi arsitektur Sesat Agung telah mencetak identitas arsitektur baru di Kabupaten Tulang Bawang. Akan tetapi, terlepas dari bentuk dan estetika yang disandangnya, satu hal yang lepas dari arsitektur Sesat Agung ialah kualitas spasial.

 

Kata Kunci: ekspresi, arsitektur Nusantara, Sesat Agung.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2021-12-21