STUDI KARAKTERISTIK ARSITEKTUR PERCANDIAN ERA SINGOSARI-MAJAPAHIT (DITINJAU DARI SINKRETISME ARSITEKTURAL SECARA SOSOK, TATA RUANG, DAN TEKTONIKA)
DOI:
https://doi.org/10.26593/risa.v8i04.8587.406-%20422Abstrak
Abstrak - Agama Hindu dan Buddha diperkenalkan kepada masyarakat Nusantara pada abad ke-5 Masehi, ketika rute perdagangan maritim yang menghubungkan India di barat dan Tiongkok di timur berkembang di kawasan tersebut. Dalam perkembangannya, Agama Hindu dan Buddha mengalami kemajuan yang signifikan di Pulau Jawa, salah satunya ditandai dengan berdirinya Candi-candi Hindu dan Buddha di awal abad ke-8 pada era Mataram Kuno. Candi sendiri merupakan bangunan kuno yang memiliki fungsi keagamaan dan berasal zaman Hindu-Buddha di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, Kejayaan Mataram Kuno mulai meredup seiring dengan bergeraknya pemerintahan ke timur. Mataram Kuno yang meredup tersebut melahirkan Kerajaan-Kerajaan baru, dari Kerajaan Kediri, yang diikuti oleh Kerajaan Tumapel atau yang lebih dikenal dengan Singosari hingga Kerajaan Majapahit. Di zaman ini, tumbuh sebuah sinkretisme dari kepercayaan Hindu-Buddha yang telah ada yang berupa konsep Siwa-Buddha, dengan dipengaruhi oleh aliran Tantra, dan adanya kebangkitan dari kepercayaan asli nusantara. Sinkretisme yang terjadi memiliki pengaruh terhadap gubahan arsitektur candi yang dibangun pada periode ini dengan karakteristiknya yang memiliki kekhasan tersendiri dari candi-candi pendahulunya.
Kajian mengenai Percandian era Singosari-Majapahit yang ada belum mendalami mengenai sinkretisme dari sisi arsitektural, maka dari itu diperlukan studi lebih lanjut melalui penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk memahami karakteristik Percandian era Singosari-Majapahit serta mengetahui persamaan dan perbedaan Candi-candi Era Singosari-Majapahit, dengan Candi Hindu dan Candi Buddha melalui analisis secara sosok, tata ruang, dan tektonika. Setelah dianalisis, ditemukan bahwa sinkretisme yang terjadi pada Candi-candi tersebut tidak memiliki pola baku, di mana sinkretisme itu sendiri diterima sebatas secara konsep sedangkan secara prakteknya berwujud hibrida. Selain itu, ditemukan juga penyusunan kompleks percandian yang bergeser menjadi linear memanjang sebagai wujud egalitarianisme, seperti yang diceritakan dalam Kisah Panji dengan candi utamanya berada di paling belakang lahan. Penataan yang demikianlah yang nantinya mempengaruhi dan masih dapat kita lihat sekarang pada kompleks keagamaan di Bali.
Kata-kata kunci: candi, karakteristik, sinkretisme, Singosari-Majapahit
##submission.additionalFiles##
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Marcellino Fabrian Gulla
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.