KOMPARASI TATA MASSA DAN RUANG PADA MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON DAN MASJID GEDHE KAUMAN YOGYAKARTA
DOI:
https://doi.org/10.26593/risa.v4i1.3686.50-65Abstract
Abstrak- Penyebaran Islam di Indonesia meninggalkan keberagaman budaya akibat adanya akulturasi khususnya di Pulau Jawa. Di antaranya adalah ritual-ritual atau aktivitas asli Jawa kuno yang disesuaikan dan dipadukan dengan budaya Islam. Aktivitas ritual budaya ataupun ritual religius Islam tersebut tentunya memerlukan ruang. Masjid pun menjadi wadah untuk aktivitas tersebut dengan ruang-ruang di dalamnya yang menunjang aktivitas-aktivitasnya. Aktivitas-aktivitas tersebut tentunya memengaruhi tata ruang dan massa pada masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam saat itu. Cirebon dan Yogyakarta yang merupakan dua kerajaan Islam atau kesultanan di Pulau Jawa pada saat itu tentunya memiliki masjid utama sebagai sarana ibadah maupun sarana penyebaran agama, masjid tersebut adalah Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon dan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Kedua masjid tersebut memiliki lokasi dengan keadaan berbeda, hal ini menarik untuk diteliti karena tentunya dua wilayah ini memiliki budaya yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan dan persamaan tata ruang dan massa berdasarkan aktivitas pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Gedhe Kauman.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara mendeskripsikan keadaan tata ruang dan massa kedua masjid dan membandingkannya dengan teori tata ruang dan massa berdasarkan aktivitasnya untuk mengetahui perbedaannya. Data kedua masjid dikumpulkan dengan cara observasi lapangan dan studi pustaka. Data dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu tata massa pada lingkup lingkungan sekitar, dan tata ruang dan massa pada lingkup tapak kedua masjid. Analisis aktivitas dan budaya di kedua masjid dikaitkan dengan teori tata ruang dan massa, dan juga kebutuhan ruangnya yang kemudian membandingkan tata ruang dan massa kedua masjid tersebut.
Melalui penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan tata massa pada kedua masjid di mana Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada di pesisir memiliki orientasi ke arah kiblat sesuai ajaran Islam dan Masjid Gedhe Kauman yang berada di pedalaman Jawa berorientasi tepat ke arah matahari terbenam atau barat mengikuti konsep kosmologi Jawa yang digunakan keraton. Selain itu, ritual budaya setempat Yogyakarta dilakukan di kompleks Masjid Gedhe Kauman yang memengaruhi tata massanya sedangkan di Cirebon, ritual budaya setempat dilakukan di kompleks Keraton Kasepuhan ataupun alun-alun. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tata ruang dari kebutuhan aktivitas ritual Islam, namun hanya saja pada Masjid Gedhe Kauman, terdapat pembatasan yang jelas antara ruang shalat atau bersuci pada pria dan wanita di mana adanya pawestren atau ruang shalat wanita pada masjid tersebut dan ruang tersebut tidak terdapat pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa.