CRAFTSMANSHIP PADA TEKTONIKA WARUNG CITARASA

Penulis

  • Josephine Livina Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan
  • Yenny Gunawan

DOI:

https://doi.org/10.26593/risa.v5i04.5304.402-418

Abstrak

Abstrak- Tektonika dalam arsitektur merupakan elemen konstruksi yang terkait dengan material, tujuan, dan pembangun dari suatu bangunan. Tidak berhenti disana, hasil dari penggabungan pemikiran abstrak (implisit/thinking) dan kemampuan membuat (eksplisit/making). Craftsmanship atau ketukangan juga berbicara mengenai bagaimana cara pengrajin berpikir dalam berkarya. Studi dilakukan untuk memahami apa saja peran desainer, tukang, dalam craftsmanship untuk membentuk tektonika dan sambungan yang seharusnya dapat membawa cerita dan karakter dalam arsitektur khususnya pada masa modern ini. 

                Oky Kusprianto (1977-2019) adalah arsitek prinsipal Studio Apta. Karya Studio Apta banyak menaruh perhatian terhadap material dan tektonika arsitektur. Melalui tektonika, karyanya menghadirkan liveliness ruang di cafe, petualangan di toko, dan solitude di hutan kota. Objek yang diambil merupakan Warung Citarasa Lembang, alasannya karena merupakan salah satu proyeknya yang eksperimental terhadap material dan masih baru terbangun (2017-2018). Artikulasi ekspresi beban antar sambungannya kuat dengan penampilan elemen yang jujur. Dengan demikian yang perlu diketahui adalah cara craftsmanship yang digunakan di Warung Citarasa yang berhubungan dengan thinking dan making dan adaptasinya di dunia modern ini yang sudah relatif berbeda dengan apa yang diketahui mengenai craftsmanship sebelumnya.

                Studi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan tektonika yang terbentuk dan bagaimana pembentukannya melalui proses ketukangan. Data dikumpulkan melalui observasi langsung, studi pustaka dan wawancara. Tektonika terbagi menjadi tiga berdasarkan material utamanya, yaitu tektonika batu, besi, dan kayu. Hasilnya kemudian menjadi acuan dalam identifikasi ketukangan pada proses pembentukan tektonika tersebut. Pertama berdasarkan pengetahuan (thinking hand) yang terbagi lagi menjadi pengetahuan eksplisit dan implisit. Kemudian diidentifikasi lagi dengan ketrampilan (working hand) yang terbagi menjadi alat analog dan digital. Setelah itu, analisa mengenai aspek kolaborasi antar pelaku pembangun yang bertanggung jawab dalam pembentukan tektonika. Terakhir, hasil analisa ketiga aspek tersebut digabungkan untuk menganalisis proses ketukangan yang terjadi pada masing-masing tektonika.

                Tektonika dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu batu, besi, dan kayu. Pada tektonika kayu yang eksperimentatif, pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki sedikit, tetapi paling banyak pertukaran pengetahuan antar pelaku dan penggunaan alat desain analog. Sebaliknya, pada tektonika batu dan besi, lebih banyak pengetahuan eksplisit dan pengalaman yang dimiliki pelaku. Pengaruhnya, alur desain dan konstruksinya linear. Proses desain tektonika batu dan besi mayoritas menggunakan media digital, hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa craftsmanship arsitek di masa modern tidak dapat lepas dari pengaruh digital. Kekurangan penggunaan digital dibalas dengan adanya proses kolaboratif antar desainer dan pembangun yang memiliki satu tujuan yang sama dalam pembentukan tektonikanya, ketrampilan dan alat komunikasi yang kuat, pengetahuan eksplisit umum yang dimiliki seluruh pelaku, dan kemajuan media analog dalam menerjemahkan bahasa tangan menggunakan software melukis dengan tablet.

 

Kata Kunci: ketukangan, arsitektur, tektonika, warung citarasa lembang

##submission.downloads##

Diterbitkan

2021-10-27